Hai

Hai

Senin, 06 Mei 2013

Sepenggal Naskahku "Look At Me"


“Hei,apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Apa aku salah memperhatikanmu
seperti itu? Tatsuya-san? Aku tidak mengerti denganmu. Apa kau tidak apa-apa? Kau tadi demam sekali...”pinta gadis itu. “Uh,kau sungguh memaksa. Aku sudah bilang, aku tidak apa-apa. Aku tidak demam. Kau benar-benar...menyebalkan..”jawab pria yang bernama Tatsuya itu dengan ketus. Tatsuya meremas ponselnya dengan gemas.”Sudah ya? Aku lelah.”kata Tatsuya dingin. Gadis itu menghela nafas panjang. “Baiklah.”jawab gadis itu dengan lemas. Ditutupnya flip ponselnya. Tatsuya terdiam.Tak seharusnya dia bilang seperti itu kepada gadis baik hati seperti Aiko. Entah setan apa yang merasuki, sehingga membuat Tatsuya berbicara ketus seperti itu di ponsel saat gadis itu menelpon. Tatsuya menatap jendela kantornya yang mengembun karena salju diluar sana. “Salju bahkan tak mampu menyembunyikan kesedihanku ini.”gumam Tatsuya pelan. “Aku hanya tidak ingin kau tahu, jika aku semakin lemah. Penyakit ini terlalu serius. Aku hanya tidak ingin kau kecewa denganku. Tidak. Bukan kau yang egois, tapi aku. Aku jahat,sangat jahat.”gumam Tatsuya kembali.Matanya menerawang jalanan di sebrang kantornya. “Aiko-cha, kau tahu? Aku sangat menyayangimu.”-Tatsuya Fujisawa

Jepang, 20 April 2008

     Jalanan tampak lenggang. Matahari semakin turun ke tempat asalnya. Hanya ada dua anak kecil yang menggemaskan bermain di taman bermain. Bermain pasir dengan sangat senang sesekali tertawa lepas. “Hei, Aiko-chan. Kau tahu?Aku sangat senang menggenggam tanganmu seperti ini.”ucap anak laki-laki itu dengan lucu.Wajah tampan yang masih terlihat seperti anak bayi, rambut hitam legam, perawakan yang tegap, tinggi badan yang ideal bagi anak sekecil itu, dan ditambah raut wajahnya yang memancarkan kebijaksanaan.Tangan mungilnya perlahan menggenggam tangan anak perempuan itu dengan erat. “Tatsuyaaa! Kau ini... Tanganmu bekas pasir. Banyak virus di tanganku, Tatsuyaaa!”dengan lucunya, anak perempuan yang dipanggil Aiko itu langsung membersihkan tangannya. Menepuk-nepuk tangannya dengan pelan. Tatsuya hanya tertawa. Sesekali Aiko memukul pelan punggung Tatsuya. “Kau jahat! Jika aku sakit karena terlalu banyak virus di tanganku, bagaimana? Kau mau menungguiku di rumah sakit?”ujar Aiko ketus. “Hei, anak polos. Tidak ada yang namanya virus di pasir. Yang ada bakteri. Kau ini, sudah besar, tidak tahu yang mana virus yang mana bakteri.”kata Tatsuya tersenyum jahil. “Tatsuyaaaa! Aku tidak polos!”kata Aiko sambil menepuk lengan Tatsuya dengan kencang. “Aiko-chan, sakit!”.Tatsuya meringis menahan sakit di lengannya.

“Biar saja. Kau jahat. Aku bisa membedakan yang mana virus dan yang mana bakteri. Aku kan bercita-cita menjadi dokter. Dokter yang menolong anak-anak sakit”.Aiko tersenyum. Tatsuya mengelus kepala Aiko yang sudah dianggapnya adik kecilnya itu. “Kalau begitu, aku juga ingin menjadi dokter. Dokter yang mengurusi urusan kanker. Teruskan cita-citamu, ya?”. Aiko terdiam. “Kanker? Apa itu?”.Tatsuya mengacak-acak rambut Aiko. “Sudah kubilang, kau ini masih polos. Kau akan tahu pada waktunya. Aku ingin melihatmu menjadi dokter di masa depan.”. Tatsuya menggenggam tangan Aiko. Aiko mengangguk dengan mantap. “Aku janji menjadi dokter sehingga kau bisa tersenyum bahagia melihatku”. Tatsuya tersenyum manis. “Mm, Tatsuya-chan..... sebaiknya kita pulang. Aku takut gelap. Bagaimana jika kita ke rumahku,aku yakin pasti ibuku sudah menyiapkan makan malam untukku. Bisa saja kare ayam, atau sushi, atau bahkan ayam dengan bumu pedas diatasnya”.Aiko menepuk perutnya berkali-kali tanda dia sudah lapar. Matahari semakin tenggelam.Mereka pun pulang dengan tangan yang masih bergandengan tangan seperti anak yang tidak ingin berpisah dengan induknya.




Jepang, 22 Desember

     Perpustakaan kota sepi sekali. Sesekali hanya satu dua orang yang berlalu lalang di sini. Terlalu pagi. Disudut lain,ada gadis berkulit putih dengan kacamata yang bertengger di matanya. Poninya dijepit ke atas. Gadis berambut semi panjang berwarna hitam itu tampak serius dengan benda yang didepannya itu. Buku dengan bertuliskan “SEJARAH KEDOKTERAN DI DUNIA” ditekuninya. Sesekali gadis itu melirik jam seperti menunggu seseorang. “Aiko!”. Gadis yang dipanggil Aiko itu menoleh. “Ah, Miraku-chan! Kupikir kau lupa isi pesanku minggu lalu. Ah, kau benar-benar pemalas. Kau telat 5 menit”. Aiko melepas kacamatanya dan menatap sinis temannya itu. Miraku Shoka, gadis anggun yang kelakuannya mirip dengan kakak laki-lakinya yang bawel itu langsung mengacak-acak rambut Aiko dengan kasar. “Oh, Aiko. Gomennasai, aku tadi harus mengantar adikku yang cerewet itu ke rumah temannya. Kau tahu? Dia mendahuluiku. Dia bilang dia mau kencan.Cih, kencan dengan tikus putih menyebalkan itu mungkin”. Miraku merapikan rambutnya yang kusut, mungkin karena berlari mengejar waktu. Aiko hanya geleng kepala saja. Pip. Ponsel Aiko berbunyi. Aiko membuka flip ponselnya. Matanya menelusuri isi pesan itu. Perlahan Aiko tersenyum.

“Ada apa?”tanya Miraku. “Kau tahu? Aku harus pergi sekarang”. Aiko semangat merapikan buku yang dipinjamnya. Tak lupa Aiko melepas jepitan di poninya dan menggerai rambut panjangnya itu. “Jadi? Aku sampai di sini, menceritakan kekesalanku tentang keterlambatanku, dan kini kau akan langsung pulang? Aku tak sampai 10 menit sampai disini. Ayolah, temani aku di sini. Aku bosan di rumah”.pinta Miraku. Aiko beranjak dari duduknya. “Maafkan aku, Miraku.Aku harus pergi. Ada seseorang yang harus kujemput di bandara”.Aiko langsung memakai mantelnya dan pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Miraku yang kesal karena Aiko.

-------------------------------∞∞∞∞∞-------------------------------

“Dia dimana?”.Aiko mengedarkan seluruh pandangan ke arah pintu kedatangan. Bandara cukup padat hari ini. Hal ini menyebabkan Aiko harus berjinjit karena tinggi badannya yang tidak tumbuh lagi semenjak umurnya mencapai 17 tahun. Aiko mengecek kembali isi pesan yang dikirim seseorang untuknya.

“Hei, gadis polos. Aku mungkin pulang hari ini. Aku bosan di sini. Jemput aku, aku mohon. Jam 4 di bandara. Aku tunggu.”

Aiko menghela nafas. Jam 4 lebih 15 menit. Jadi, sudah ada 15 menit dia tak datang? pikir Aiko. Aiko langsung duduk di ruang tunggu. Terlalu lelah berdiri di puluhan manusia. Earphone kembali terpasang di kedua telinganya. Aiko memejamkan matanya. Aiko hampir terlelap. Pip.Aiko tersentak. Dengan cepat, dia membuka ponselnya dan melihat 1 pesan. “Aku mohon. Kumohon, pesan ini dari dia”.Aiko membuka pesan itu hati-hati. Raut wajah Aiko kembali murung.

”Hei,gadis polos. Pesawatku ditunda. Aku tak tahu mendarat di sana jamberapa.Tapi bisakah kau menungguku?”

Aiko manyun. “Bodoh. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kalau kau tiba-tiba datang dan menutup mataku dari belakang, kau harus mentraktirku ramen di kedai ramen favoritku.Oh tidak.Aku harus menjitakmu terlebih dahulu”.Aiko mendengus kesal. “Pria menyebalkan. Bilang saja kau sedang mengerjaiku. Kau membuatku rela meninggalkan suasana rumah yang hangat.”oceh Aiko.Tak peduli orang mendengarkan atau tidak ocehannya, yang pasti tidak akan mengobati kekesalannya itu.

Tiba-tiba sepasang tangan menutup matanya. Aiko kaget dan langsung berusaha melepaskan tangan itu. Tapi,Aiko tiba-tiba berhenti memberontak. Di pegangnya tangan itu. Halus dan hangat. “Sepertinya aku tahu tangan ini, aku pernah merasakannya. Merasakan perasaan kecil ini.”gumam Aiko.

 “Hei,gadis polos. Kau mau menjitakku?”suara berat itu keluar dari pemilik sepasang tangan yang masih menutup matanya. Aiko terdiam sejenak. Bibirnya tak sanggup mengucap sepatah kata.“Ramen? Boleh saja. Asal kau yang tunjukkan jalannya padaku.”suara itu kembali terdengar di telinga Aiko. Aiko masih diam saja. “Kau tahu?Aku sedang tidak mengerjaimu.”tawa pemilik suara itu renyah. Aiko masih tidak bergeming. Menerka-nerka siapa pemilik tangan itu. Sejenak, Aiko langsung menoleh. “Kau.....?”
 

Sedikit ya? Hehe, cerita ini sebenernya cuma iseng gara-gara inspirasi dari penulis novel tetralogi favoritku. Yup,siapa lagi kalo bukan Ilana Tan :)

4 karya novelnya sangat keren. Aku suka novel Autumn in Paris dan Winter in Tokyo. Ceritanya mengena banget. Ending yang benar-benar hebat. Diksinya sangat selektif :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar